Jumat, 14 Juli 2017

MENGHADAP ALLAH DENGAN KEIMANAN TANPA KERAGUAN AKAN MASUK SURGA DAN DIHARAMKAN MASUK NERAKA

MENGHADAP ALLAH DENGAN KEIMANAN TANPA KERAGUAN AKAN MASUK SURGA DAN DIHARAMKAN MASUK NERAKA

HADITS KE 17

Ubadah Radhiyallahu 'anhu meriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Barang siapa yang bersaksi bahwa tiada Ilah (yang berhak diibadahi) selain Allah semata dan tiada sekutu bagi-Nya, dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, dan bahwa Isa adalah hamba dan utusan-Nya, kalimat-Nya yang telah diturunkan kepada Maryam, dan juga sebagai ruh yang diciptakan oleh Allah, dan surga itu hak (benar) dan neraka itu hak (benar), maka Allah akan memasukannya ke dalam surga seberapapun amalnya."

Salah seorang perawi menambahkan, "Melalui delapan puntu surga yang ia kehendaki."

(HR. Bukhari, Kitab: "Para Nabi" (60), Bab: Firman Allah, "Wahai ahli kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agama kami. . ."(47))

HADITS KE 18

Muadz bin Jabal Radhiyallahu 'anhu berkata, "Suatu hari ketika saya membonceng di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam , antara saya dan beliau hanya ditengahi oleh kayu sandaran pelana. Beliau bersabda, 'Wahai Muadz.' Aku menjawab, 'Saya mendengar dan memenuhi panggilan Anda, wahai Rasulullah.' Kemudian beliau berjalan sejenak lalu bersabda, 'Wahai Muadz.' Aku menjawab, 'Saya mendengar dan memenuhi panggilan Anda, wahai Rasulullah.' Kemudian beliau berjalan sejenak lalu bersabda, 'Wahai Muadz.' Aku menjawab, 'Saya mendengar dan memenuhi panggilan Anda, wahai Rasulullah.'

Beliau lantas bersabda, 'Tahukah kamu apa hak Allah atas hamba-hamba-Nya?' Aku menjawab, 'Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.' Beliau bersabda, 'Hak Allah atas hamba-hamba-Nya adalah agar mereka beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun.'

Kemudian beliau berjalan sesaat lalu bersabda, 'Wahai Muadz bin Jabal.' Aku menjawab, 'Saya mendengar dan memenuhi panggilan Anda, wahai Rasulullah.' Beliau bersabda, 'Apakah kamu tahu apa hak hamba-hamba Allah jika mereka melaksanakan hal itu?', Aku menjawab, 'Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.' Beliau bersabda, 'Hak mereka atas Allah adalah agar Dia tidak mengazab mereka.' "

(HR. Bukhari, Kitab: "Pakaian" (77), Bab: Laki-laki membonceng laki-laki (101))

HADITS KE 19

Mu'adz Radhiyallahu 'anhu berkata, "Saya pernah membonceng Nabi saw di atas keledai yang bernama 'Ufair, kemudian beliau bersabda, 'Wahai Mu'adz, apakah engkau tahu hak Allah atas hamba-hamba-Nya dan hak mereka atas Allah?' Saya menjawab, 'Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.' Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 'Hak Allah atas hamba-hambanya adalah agar mereka hanya beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Adapun hak mereka atas Allah adalah agar Dia tidak mengazab orang yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun.'

Saya bertanya, 'Wahai Rasulullah, bolehkah saya sampaikan kabar gembira ini kepada orang-orang?' Rasulullah bersabda, 'Jangan kamu sampaikan kabar gembira ini kepada mereka sehingga membuat mereka hanya bersandar pada kabar ini (tidak lagi bersungguh-sungguh dalam beramal).' "

(HR. Bukhari, Kitab: "Jihad" (56), Bab: Nama kuda dan keledai (46))

HADITS KE 20

Anas bi Malik Radhiyallahu 'anhu berkata, "Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam  dan Muadz berboncengan diatas sebuah pelana seekor unta, lalu beliau bersabda, 'wahai Muadz bin Jabal.' Muadz menjawab, 'Saya mendengar dan memenuhi panggilan Anda, wahai Rasulullah.' Beliau bersabda, 'wahai Muadz bin Jabal.' Dia menjawab, 'Saya mendengar dan memenuhi panggilan Anda, wahai Rasulullah.' Yang demikian berulang sebanyak tiga kali.

Kemudian beliau bersabda, 'Tiada seorang pun yang bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi) selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah dengan jujur berasal dari lubuk hatinya kecuali Allah akan mengharamkan neraka baginya.'

Mu'adz bertanya, 'Wahai Rasulullah, bolehkah saya memberitakan kepada manusia agar mereka mendapatkan kabar gembira?' Nabi bersabda, 'Jika begitu, nanti membuat mereka hanya bersandar pada kabar ini (tidak lagi bersungguh-sungguh dalam beramal).' "

Mu'adz Radhiyallahu 'anhu memberitakan hadist ini saat menjelang wafatnya karena merasa berdosa (bila menyembunyikan hadist).

(HR. Bukhari, Kitab: "Ilmu" (3), Bab: Mengkhususkan sebagian ilmu kepada sebagian orang karena khawatir yang lainnya tidak dapat memahami (49))



Sumber : Kitab Al-Lu'lu wal Marjan Mutiara Hadits Sahih Bukhari dan Muslim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar